Keindahan & Kehidupan di Kawah Ijen

Jalan-jalan itu selain untuk refreshing bisa juga untuk tombo gelo (obat kecewa), kalo kalian baca postingan Long Long Long Road Trip to East. pasti tahu kenapa. Hehehehe. (nb: obat kecewa hanya berlaku untuk postingan kali ini saja, semoga besok nggak ada postingan kayak gini lagi)
Karena trip sebelumnya aku gagal ke kawah Ijen, (alhamdulillah) trip kali ini aku berhasil. Aku tidak sendirian, aku ditemani oleh Bre dan Ridlo. Persiapan sudah disiapkan jauh-jauh hari. Mulai dari memesan tiket kereta, mencari info tentang bagaimana cara mencapai destinasi, juga perlengkapan yang harus wajib dibawa.


Kawah Ijen terletak dipuncak Gunung Ijen (2.443 mdpl) di Kab. Banyuwangi, Jawa Timur, Indoneia. Untuk kawah Ijen sendiri berada pada ketinggian 2.368 mdpl dengan kedalaman 200 meter dan luas 5.466 hektar.

DAY 1
Kamis, 1 Mei 2014
Kuhabiskan sehari penuh dijalan. Bagaimana tidak, kita berangkat pagi buta naik bis (dari Semarang) jurusan Semarang-Solo menuju stasiun Solo Jebres kemudian dilanjut naik kereta menuju Banyuwangi dan turun stasiun Karangasem.

Pergantian loko di St. Sby Gubeng
Kita tiba malam hari. Suasana sepi malam itu, hanya ada beberapa tukang ojek yang sedang menunggu calon penumpang. Kita sempat kebingungan mencari transport untuk menuju Ijen malam itu, sampai pada akhirnya kita putuskan untuk mampir ke tempat saudaraku terlebih dahulu, karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk langsung menuju kesana.


DAY 2
Jumat, 2 Mei 2014
Keesokan harinya, kita mencari info sewa mobil. Dan akhirnya dapat dan siangnya kita langsung berangkat. Sekitar 2 jam perjalanan melewati beberapa desa dan jalanan yang menanjak serta berliku


akhirnya kita sampai di pintu gerbang utama Paltuding. Pikirku, sore itu juga kita langsung naik dan nge-camp diatas, ternyata apa yang kupikirkan salah.


 
Bre dan Ridlo

Bre dan Aku
Pengunjung diperbolehkan naik keatas minimal jam 12 malem dan jam 2 siang harus turun. Oke, kita akhirnya nge-camp di pos Paltuding yang kebetulan ada lapangan sangat luas.




Banyak aktivitas yang kita lakukan untuk menghabiskan malam. Udara begitu dingin. Dingin sekali. Api unggun sangat dibutuhkan sekali malam itu.


 
senja  di pos Paltuding

DAY 3
Sabtu, 3 Mei 2014
Tidak terasa sudah berganti hari, itu artinya pendakian sudah bisa dimulai. Aku tertidur sebentar malam itu. Pukul 01.30 WIB kita mulai mendaki. Begitu semangat waktu itu, kita berjalan begitu cepat karena dengan jalan cepat tubuh akan terasa hangat. Banyak rombongan yang juga mendaki pagi itu. Kita juga menyempatkan istirahat di Pos Bundar, pos ini biasanya digunakan para penambang untuk menimbang hasil tambangannya. Pukul 03.00 WIB kita sampai di puncak kawah. Masih gelap. Bau belerang begitu mendominasi hidung kita. Jangan lupa pakai masker.
Tidak lupa kita juga menyempatkan untuk menyaksikan fenomena alam yang langka. Ya, Blue Fire. Untuk bisa melihat dengan dekat fenomena ini, kita harus turun sekitar 800 meter dari puncak. Jalanan cukup berbahaya, disarankan harus ekstra hati-hati. Selama perjalanan turun, sesekali berpapasan dengan penambang yang sedang naik mengangkat belerang. Begitu kuatnya mereka. Hal yang bikin kita sedih, mereka rata-rata mengangkat belerang dengan berat 70-110 kg setiap harinya dengan berjalan sejauh 3 km naik-turun dan dibayar 800 rupiah/kg saja. Perjuangan mereka tidak sebanding dengan apa yang mereka dapatkan. Inilah hidup. Memang keras. "Wani Mati, Wedi Ngeleh" ("Berani Mati, Takut Lapar") kata-kata itulah yang menjadi prinsip mereka. Tapi, kalo diperhatikan, mereka begitu ramah, sesekali melemparkan senyuman dan seperti tak ada beban di wajah mereka. Mereka terlihat bahagia. Mereka pandai bersyukur. :")
Well, lanjut cerita. 30 menit berjalan turun. Akhirnya kita begitu dekat dengan Blue Fire.



Tidak lama, kita kembali naik ke puncak lagi. Pagi itu sedikit berkabut, kawah tidak terlihat begitu jelas. Sedikit sedih. Tapi nggak masalah. Memang belum rejeki.







Pukul 06.00 WIB, kita turun dan balik lagi ke pos Paltuding. Sampai di Pos Bundar, kebetulan ada yang buka lapak. Para penambang menjual karya seni dari belerang yang dibentuk seperti boneka. Murah kok, 5000 dapet 2 untuk ukuran kecil. Kalo yang gede harganya 10.000. Segera, aku membelinya. Itung-itung bisa membantu perekonomian mereka.
Berjalan turun santai sambil menikmati pemandangan yang disuguhkan pagi itu. Membuatku bergairah dan bersemangat. Rasanya tidak ingin meninggalkan gunung ini. Tapi kita harus tetap berjalan.


Pukul 07.00 WIB sampailah kita di pos Paltuding. Aku langsung masuk tenda yang menyempatkan untuk tidur sejenak. Tidur 3 jam, badan sudah segar kembali. Tidak lupa sarapan. Dilanjut berkemas-kemas. Sebelum pulang, kita bercanda dengan tenda sebelah. Namanya Andreas (kalo nggak lupa), orangnya kecil, dia dengan adiknya, arek Jember, semua gunung di Jawa Tengah sudah dia daki, orangnya lucu, kita dibuat ketawa olehnya. Kita saling bertukar pengalaman dan informasi.

Pukul 12.00 WIB kita berpamitan pulang.

Pukul 14.00 WIB kita sampai di stasiun Banyuwangi Baru. Karena jadwal pulang kita masih besok pagi, kita terpaksa menginap di stasiun. Disini kita juga bertemu sesama traveler. Ada dua. Yang pertama dari Balikpapan, doi habis dari Rinjani dan mau ke Ijen tapi gagal. Yang kedua dari Sukabumi, doi habis dari Bali. Kita juga berbagi pengalaman dan informasi.

Pukul 22.00 WIB kereta mereka datang dan mereka meninggalkan kita terlebih dahulu. Dan kita putuskan untuk tidur saja.

DAY 3
Minggu, 4 Mei 2014
Pukul 05.30 WIB kita terbangun dan segera berkemas karena pukul 06.30 WIB kereta kita datang. Tidak lupa kita sarapan terlebih dahulu, kebetulan ada bapak-bapak menjajakan nasi bungkus dengan harga 5.000/bungkus.
Pagi hari di Banyuwangi

Pukul 06.30 WIB kereta datang dan kita langsung masuk ke dalam kereta. Dan menghabiskan hari itu didalam kereta.

View dari kereta

Malam harinya kita tiba di stasiun Solo Jebres. Kita mencari angkringan disekitar stasiun untuk mengisi perut. Dilanjut naik becak menuju terminal Tirtonadi dan pulang ke Semarang.


Terima kasih, Ijen. Dibalik keindahanmu yang nyata ada kehidupan manusia yang bergantung padamu. Semoga para penambang disana selalu diberi kesehatan dan rejeki yang cukup. Amin.





NOTES:
- Semarang-Solo PP by bus (ekonomi) = Rp 40.000 (sekali berangkat -+ 2 jam)
- Solo-Banyuwangi PP by train (Sri Tanjung ekonomi AC) = Rp 100.000 (sekali berangkat 12 jam)
- Banyuwangi-Kawah Ijen = 2 jam
- sewa mobil di Banyuwangi (24 jam + sopir) = Rp 400.000
- bensin mobil = Rp 100.000
- tiket masuk TWA Kawah Ijen = Rp 2.000/orang
- tenda = Rp 15.000/tenda/hari
- parkir mobil TWA Kawah Ijen = Rp 5.000/mobil

Komentar

  1. Kawah Ijen, masih tersimpan rapi dalam list of destination.
    berharap bisa tetap menyaksikan keindahannya.

    BalasHapus
  2. Jangan lupa ke TN Baluran juga mas! Keep traveling! Salam pejalan!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Istilah Dalam Dunia Lari Trail

Bromo Tengger Semeru Ultra 100: Too Much Tragedy!

#AmazingLombok: Zero Above Sea Level