I'm In Love with You, Sumbing!
Well.. Sumbing. Aku jatuh cinta padamu. Sungguh. Engkau begitu mempesona dimataku. Hah! Kelamaan jomblo ya begini ini! Eitsss, tapi nggak masalah. Kalo masalah cinta-cintaan begini jadi keinget sama quote-nya Alexander Supertramp di film Into The Wild yang berbunyi:
"You are wrong if you think Joy emanates only or principally from human
relationships. God has placed it all around us. It is in everything
and anything we might experience. We just have to have the courage to
turn against our habitual lifestyle and engage in unconventional living."
Panjang bener yak. Tau artinya nggak? Ha? Nggak tau ya? Hahahahasama!
Engga engga, jadi intinya tuh, kamu salah jika berpikiran kalo kebahagiaan itu didapat dari hubungan antar manusia. Padahal, Tuhan sudah menempatkan keindahan alam disekitar kita untuk dicintai dan dijaga. BEGITUUUU.
Oke. Pendakianku kali ini ditemani oleh 2 orang mountaineer dari Instagram. @anggarandas aka Mas Angga (lagi) dan @argakacang aka Kacang. Dilihat dari persiapannya, semua serba mendadak, Aku mengiyakan ajakan dari Kacang itu H-1 pendakian karena harus mempertimbangkan cuaca yang akhir-akhir ini sering turun hujan. And then, karena Aku nggak tega membiarkan hanya 2 orang berada di tengah-tengah luasnya gunung akhirnya Aku meng-iya-kan ajakan tersebut. Kita bertiga.
Gunung Sumbing terletak di 3 wilayah: Kab. Magelang, Temanggung, Wonosobo. Ada banyak jalur yang bisa kita pilih untuk mencapai puncak, yaitu Garung, Mangli, Cepit, Wonotirto, Kaliangkrik, Bogowongso. Hmm, banyak juga yak :|
Kita memilih jalur Cepit karena Mas Angga dan Kacang sebelumnya sudah pernah merasakan jalur Garung. Jalur ini berada di daerah Parakan, kalo dari utara (Semarang) sesudah Temanggung. Katanya, pendaki jarang melewati jalur ini. Kalo Sumbing, jalur yang paling beken adalah jalur Garung.
DAY 1
Selasa, 3 Februari 2015
Kita berangkat dari rumah Kacang yang berada di Ungaran. Perjalanan dari Ungaran - basecamp Cepit memakan waktu 2 jam. Lewat Sumowono. Naik motor. Lumayan cepet.
Perjalanan menuju basecamp ditemani dengan hujan lumayan deras. Yah.. Sedikit takut waktu itu. Tapi tetap berani.
Pukul 12.00 siang kita sampai di basecamp. Seperti biasa, kita mengisi dan membayar administrasi. Makanan, sudah. Air, sudah. Packing ulang, juga sudah. Kita berangkat. Naik ojek. Yap, diawali dengan naik ojek untuk sampai ke batas hutan. Karena sebelum batas hutan adalah ladang penduduk yang panjangnya minta ampun. Kalo jalan kaki, mungkin memakan waktu hingga 2 jam. Lumayan kan, hemat tenaga dan waktu.
Sampai dibatas hutan, kita berdoa terlebih dahulu dan langsung memulai pendakian. Cuaca siang itu gerimis-gerimis bikin rindu. Gerimis oleh kabut. Sejuk.
Baru 30 menit jalan, kita menemukan bangunan Aula yang cukup luas. Mampir sebentar untuk sekedar mengatur nafas.
Lanjut jalan..
1 jam perjalanan, kita masih berada dalam hutan. Treknya nanjak tanpa bonus. Oh iya, pada buku administrasi hari itu, hanya kita bertiga yang mendaki hari itu. Dan benar katanya, masih sepi. Oke. Serasa gunung milik sendiri.
Semakin ke atas, kabut semakin naik. Namun pandangan masih jelas. Tidak ada masalah berarti.
Hutannya pun masih rapat. Karena saking sepinya, disepanjang jalur pendakian pun kita sering melewati sarang laba-laba yang membentang menghadangi jalan. KARENA SAKING SEPINYA. Hmmmm..
Jalan terus. Sampai juga di pos II. Lah! Pos I-nya mana? Entahlah, nggak ada petunjuk tentang pos I. Disini ada sebuah bangunan juga. Tapi, udah ambruk. Bisa untuk ngecamp. Tanahnya cukup luas, cukup untuk 3-4 tenda.
Jalan lagi.. Nanjak lagi.. Ngos-ngosan lagi....
Ketemu tanah datar lagi, cukup untuk 5-6 tenda, kita tidak ngecamp disini. Kita jalan lagi.
Sampai di Sabrangan, yang artinya kita harus menyebrang sungai kecil dengan air yang mengalir cukup kecil. Mungkin kalo musim kemarau, sungai kecil ini mengering. Sabrangan ini adalah batas hutan dengan sabana. Kita mulai masuk sabana dan mulai mencari tempat datar untuk mendirikan tenda.
Pukul 16.00, akhirnya kita menemukan tanah yang agak miring untuk mendirikan tenda dan segera mendirikannya. Nggak masalah.
Kabut sore itu perlahan menghilang. Dan Sindoro pun mulai memperlihatkan kegagahannya. Rasa capek seketika hilang ketika disuguhkan pemandangan seperti itu.
Tenda berdiri. Dan mulai memasak. Aku yang memasak. Sedangkan Mas Angga dan Kacang asik memotret suasana sore itu. Tapi, Aku juga nggak mau kalah. Hehehehe.
Setelah makan, kita menghabiskan sisa hari itu dengan obrolan-obrolan seadanya.
Hari mulai gelap. Tak ada satu pun yang mempunyai keinginan untuk menikmati malam dengan kopi-kopi cakep. Kita memilih untuk tidur. Mungkin cara inilah cara kita untuk menikmati malam. Zzzzzzz.. Ada baiknya tidur lebih awal, karena kita akan persiapan untuk summit attack.
Masuk ke sleeping bag - pasang alarm - tidur!
DAY 2
Rabu, 4 Februari 2015
Pukul 01.00, alarm handphone Kacang berbunyi dan yang punya handphone pun juga terbangun. Doi membangunkanku dan Mas Angga. Sebelum summit attack, kita masak terlebih dahulu. Masak lagi. Makan lagi...
Setelah makan dan mempersiapkan perbekalan, we'll do summit!
Hari masih gelap. Udara tidak begitu dingin. Angin juga malu-malu. Trek semakin kejam. Hanya batu-batu yang ada. Ajegileeee.
Watu Kasur lewat.
Hari mulai agak terang, nampaknya matahari mulai menampakkan dirinya. Namun tidak tampak olehku karena masih tertutup oleh tebing.
Sampai di Segremeng, kita diarahkan ke kiri. Menuju Watu Lawang.
Sampai di Watu Lawang. WOW! Berasa di dunia lain rasanya. Hamparan luas sabana dipadukan batu-batu khas Gunung Sumbing membuatku takjub. Indah sekaliiiii. Pagi yang istimewa pokoknya. Ditambah lagi, Kacang memberitahuku ada seekor Rusa berekor putih! Gila. Epic moment. Jarang-jarang bisa lihat rusa di gunung. Namun sayang, doi malu-malu dan langsung lari secepat kilat ke atas sana. Hewan pendaki yang hebat.
Watu Lawang lewat. Kita turun menuju Segara Wedi.
Sampai di Segara Wedi, kita sarapan cakep dulu. Berasa sarapan di restoran super duper mewah sekali. Hah!
Setelah sarapan kita melanjutkan perjalanan lagi menuju kawah. Banyak jalan disini. Kita memilih jalan kita sendiri-sendiri. Aku mulai jalan sendiri menuju kawah. Begitu pula dengan Mas Angga dan Kacang.
Hanya butuh waktu 10 menit dari Segara Wedi, Aku sampai kawah juga. Dan juga sampai ditujuan awal kita, yaitu makam. Yap, tujuan awal kita adalah makam, bukan puncak sebenarnya.
Kacang mulai menyusulku, sedangkan Mas Angga nggak tau entah kemana. Aku dan Kacang sempat mengkhawatirkannya.
Tidak lama di kawah, Aku dan Kacang kembali ke Segara Wedi. Dan ketemu juga dengan Mas Angga. Ternyata Mas Angga menemukan spotnya sendiri.
Tanpa berlama-lama, kita langsung memutuskan untuk kembali ke tenda. Selama perjalanan menuju tenda ini kita tidak lupa untuk berfoto-foto.
Setelah sampai tenda, istirahat sebentar sambil makan sisa-sisa makanan yang ada. Lalu, dilanjut packing dan kembali turun menuju basecamp.
Pukul 12.00 kita turun. Masih bertiga. Ditengah-tengah gunung yang besar ini.
Turun.
Turun..
Turun.
Sampai Sabrangan..
Akhirnya..
Akhirnyaaaaa.
Kita ketemu orang.. HAHAHAHA. Rombongan pendaki yang ada 5 orang itu sedang asik beristirahat di sungai kecil. Kita sempatkan untuk mengobrol dan saling bertanya seperti layaknya bertemu dengan pendaki.
"Puncak masih jauh mas?"
"Pos ini berapa jam lagi mas?"
"Diatas ada tempat ngecamp gak?"
"Dari mana mas?"
Bla bla blaaaa..
Tidak lama kita ngobrol, kita meninggalkan rombongan tersebut dan lanjut jalan.
Mulai masuk hutan. Kecepatan turun waktu itu lumayan cepat. Juga banyak istirahatnya.
Makin ke bawah. Ke bawah..
Air yang ada di kabut mulai turun.
Makin ke bawah makin deras. Yap, kita kehujanan. Hutan dengan intensitas ringan. Keluarkan senjata andalan ketika hujan, yaitu jas hujan. Jreng jreeeeeng!
Karena Aku bosan berlama-lama di hutan dengan hujan yang semakin deras, Aku memutuskan untuk berlari meninggalkan mereka dan menunggu dibawah. Bukan maksud untuk meninggalkan atau apa, karena kalo turun dengan berjalan, nggak tau kenapa kaki rasanya cepat lelah. Makanya Aku lari.
Lari lari lari lariiiiii... Sendiri.
Sampai juga di Aula. Ada 2 orang asing disini, sepertinya mereka sedang nunut mengiyup sehabis memburu hewan yang nggak tau hewan apa yang mereka tangkap.
Nunggu agak lama, sekitar 30 menit, akhirnya Mas Angga dan Kacang sampai juga.
Keadaan Mas Angga waktu itu mulai melemah. Padahal jarak dari Aula sampai ke basecamp masih sekitar 1-2 jam.
Oke..
Mas Angga stay di batas hutan (kebetulan masih kuat jalan dari Aula sampai batas hutan), sedangkan Aku dan Kacang memutuskan untuk ke basecamp untuk mengambil motor dan menjemput Mas Angga. Tas kita tinggalkan di ladang penduduk. Kacang juga mulai kelelahan. Lagi lagi Aku berlari sekuat tenaga sampai basecamp karena takut dengan keadaan Mas Angga yang sudah lelah + hujan yang tak kunjung reda. (re: takut kena hipotermia)
Lari.. Lari.. Lari..
Sampai juga di basecamp.
Ambil motor. Tancap gas ke atas.
Sampai di atas, Mas Angga baik-baik saja, hanya menggigil dan nggak bisa jalan. Dan dilanjut turun. Begitu pun dengan Kacang yang naik lagi untuk mengambil tas yang kita tinggalkan sebelumnya.
Alhamdulillah sampai basecamp dengan selamat.
Yap, kembali lagi ke judul. I'm in love with you, Sumbing! Aku benar-benar jatuh cinta. Engkau mengajarkanku bagaimana perjuangan mendapatkan cinta. Dimana cintamu ada di kawasan puncak. Dan cinta itu butuh perjuangan. Yang tak mudah pastinya.
And..
Pesan dariku: "Jangan pernah meremehkan alam. Sekuat apapun kamu, sehebat apapun kamu, setangguh apapun kamu, sepintar apapun kamu, kamu tidak akan bisa mengalahkannya. Alam bukan untuk ditaklukkan, melainkan untuk kita cintai. Cintai alammu, maka alam akan mencintaimu juga dengan sepenuhnya. Percayalah, cinta dari alam akan selalu melekat di dalam dirimu. Dimanapun kamu berada. Nature with you. In your heart. The deepest your heart."
NB:
- Ungaran-basecamp Cepit by motor = 2 jam
- tiket masuk = Rp 5.000/orang
- parkir motor = Rp 5.000/motor
Photo Credit by Aku, @argakacang & @anggarandas
Thanks for the amazing photo!
Gila sumbing banyak spot bagus yah! Jadi mupeng :"
BalasHapusIya, banyak banget! Kudu kesanaaa :"
Hapus