MesaStila Challenge Ultra 42K: Lari Marathon Pertama

MesaStila Challenge Ultra (MCU) 42K 2015 adalah event lari trail keduaku setelah Ijen Trail Running 30K 2015. Event ini diselenggarakan oleh salah satu hotel ternama yang berada di Magelang, Jawa Tengah yang bernama MesaStila. Ini adalah event ke lima mereka setelah sebelumnya sukses dengan kategori terjauhnya 60K. Dan pada tahun 2015, terdapat kategori yaitu 13K/21K/42K/65K/100K. Makin menantang pastinya. 

Saya dipilihkan kategori 42K. Kenapa 42K? Karena sedapetnya. Kok bisa sedapetnya? Karena saya beruntung mendapatkan slot 42K tersebut dari hadiah kuis. Hehehehehe rejeki anak sholeh, terima kasih, MesaStila! Sering-sering ngadain kuis ya! :p

42K Course Map
Jarak 42K adalah hal baru bagi saya. Apalagi trail. Apalagi melewati beberapa gunung. Pasti seru dan capek pastinya.

Tidak banyak persiapan yang saya lakukan. Mulai dari naik Gunung Ungaran, Gunung Andong, dan Gunung Sumbing. Sisanya latihan longrun di jalanan dan penguatan otot dengan workout. Tidak lupa menjaga nutrisi makanan dan juga istirahat yang cukup.

Hari demi hari terlewati. Latihan demi latihan sudah saya jalani. Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya akan tiba juga. Saya mempersiapkan semua yang perlu disiapkan. Mulai dari bekal makanan selama perjalanan panjang (energi bar, garam, roti, buah-buahan, minuman isotonik, dll), mandatory gear yang harus dibawa dan dipakai (tas lari, sepatu trail, knee support, kaos lari, topi, dan tetek-bengek-nya), serta mengumpulkan mental dan niat karena fisik saja tidak cukup jika tidak diimbangi dengan mental dan niat. Beuuuh! Deg-degaaaan!


DAY-1
Saya berangkat dari Semarang bersama pasukan Trabas Seekers, dan bareng juga dengan teman dari Jakarta, berlima. Dari kelima ini, diantaranya ada yang memilih kategori 65K. Perjalanan dari Semarang menuju hotel MesaStila membutuhkan waktu 2 jam. Sesampai di hotel, kami langsung bergabung dengan pelari lain yang sedang mengikuti technical meeting dan mendengarkan instruksi dari sang Race Director (RD). RD menjelaskan bagaimana mekanisme selama perlombaan, rute, penunjuk arah dan lain-lain. Setelah mendengarkan intruksi dari RD, tidak lama kemudian kami menuju homestay untuk beristirahat karena untuk kategori 65K akan start pada pukul 00.00 dan untuk kategori 42K akan start pada pukul 05.00 keesokan harinya.

Pukul 23.00, saya ikut mengantarkan teman saya untuk melakukan start.

65K Start Situation
Setelah pelari 65K start, saya memutuskan kembali ke homestay untuk tidur dan persiapan terakhir.

DAY-0
Pukul 04.00, kami terbangun. Mandi, memakai mandatory gear untuk lari, makan roti secukupnya dan menuju garis start.

Sesampai di garis start, kami menunggu aba-aba dari sang algojo.

Before Start Situation
Tepat pukul 05.00, bendera start dinaikkan. Artinya, perjalanan 42K saya dimulai. Here I go!

1 hingga 2 kilometer, saya melewati perkebunan kopi dan sawah-sawah, hari mulai terang dan pandangan ke jalan pun mulai terlihat. Kilometer awal masih di dominasi perkebunan kopi dan ascent belum terlalu susah, hanya tanjakan-tanjakan kecil saja. Medan yang ditempuh kebanyakan adalah trail tetapi ada juga road ketika melewati kampung warga. Di awal kilometer ini, pelari masih berlari bersama.

Teriakan semangat dari warga menambah kepercayaan diri saya. Sesekali mereka melontarkan kata "Semangat, Mas!", dan hal inilah yang menjadi salah satu faktor penambah semangat pelari untuk tetap berlari.

Memasuki KM ke 8, tanjakan mulai menghajar saya dan pelari lain. Menurut saya, tanjakannya belum seberapa, karena masih ada tanjakan yang lebih kejam lagi. Saya berlari bersama teman sekomunitas saya, Veri. Dia setia menemani saya berlari. Hingga saya muntah pun, dia yang menemani saya. Baik sekali kamu, Mas! Hahaha.

Saya muntah kenapa? Karena perut berkontraksi entah kenapa. Mungkin perut saya pagi itu belum siap menerima aktivitas berat. Dan kurangnya asupan nutrisi. Dan juga kebanyakan masuk angin. Alhasil, muntah. Bwekkkk!

Walaupun muntah, tidak menyurutkan semangat saya sedikitpun, baru kilometer awal masa udah nyerah sih.

That Amazing View
Lanjut lari lagi, jalur mulai ada sedikit turunan. Artinya, jika sudah naik maka disitu ada turunan. Dan ketika ada turunan, disitu pasti akan ada naik lagi. Begitu seterusnya sampai saya bisa menjuarai perlombaan ini. Lol!

KM-15. WS 1. Basecamp Gunung Andong via Kudusan. Disini saya dan Veri beristirahat sebentar, makan pisang, dan mengisi ulang persediaan air sebelum menaiki tanjakan terberat. Sebelumnya saya belum pernah naik Gunung Andong via Kudusan, jadi belum tahu-menahu tentang keadaan jalurnya. Ya sudah, bismillah saja.

Mulai memasuki hutan, langsung di hajar oleh tanjakan khas Gunung Andong, awal-awal sih masih berupa anak tangga gitu jadi masih lumayan enteng. Sesekali saya duduk untuk istirahat dan menghirup udara segar. Veri sudah di depan saya jauh, karena dia tidak ingin beristirahat lama-lama. Saya pun begitu, menyusul Veri yang sudah jauh diatas saya.

Candid
Pelan-pelan pasti bisa. Kondisi jalur waktu itu adalah berdebu dan memaksa saya untuk memakai masker. Terkadang juga berpapasan dengan pendaki yang hendak turun.  Jadi mau tidak mau, harus mengalah dan menunggu pendaki tersebut turun.

Before CP 1 Situation
Setelah hampir 2 jam, akhirnya saya dan Veri berhasil mencapai puncak Andong (CP 1). Disini kami berfoto dan beristirahat. Waktu menunjukan pukul 12.00, dan hari begitu panas rasanya. Hanya mengisi ulang air, kami lanjut turun menuju CP berikutnya. 

Andong's Peak (1)

Andong's Peak (2)

Turunan adalah kesukaanku. Waktu turun, saya berlari secepat yang saya bisa. Alhasil, gantian saya yang meninggalkan Veri. Hahahaha. Gantian, Mas! :p

Waktu yang saya butuhkan untuk menuruni gunung ini tidak lama, sekitar 30 menit. Buset, naiknya 2 jam, turunnya 30 menit. Zzzzzz.. Jalur berubah menjadi jalanan khas pedesaan. Saya berjalan cepat sambil menunggu Veri yang ada dibelakang saya. Kali ini tantangan berikutnya adalah Gunung Telomoyo. Dari Andong ke Telomoyo harus melewati ladang penduduk dan rumah warga. Saya sempat tersasar waktu di jalan raya, karena penanda jalan yang hilang ketika di pertigaan atau mungkin saya yang kurang fokus pada penanda. Namun tidak jauh, hanya 50 meter saja dari jalan utama karena setelah saya salah jalan, saya tidak menemukan tanda apapun. Saya putar balik dan kembali mencari jalan yang benar. 

Di KM 23 dan WS 2, saya bertemu Veri, doi sampai duluan di WS 2 karena sebelumnya saya tersasar. Hehehehe. Kami bersama lagi dan jalan bareng lagi. Sambil ngobrol ngalor-ngidul dibawah teriknya matahari dan ditengah-tengah ladang penduduk, membuat perjalanan kali ini tidak terasa berat. Tidak lupa saya mengeluarkan buah pir sebagai pelepas dahaga ketika siang itu. Jalur mulai memasuki jalan aspal, jalan aspal yang mengantarkan saya menuju Gunung Telomoyo. Tidak lama kemudian, jalan aspal tersebut mulai menanjak, artinya saya sudah mulai mendaki gunung. Fyi, untuk menuju puncak Gunung Telomoyo bisa menggunakan motor karena dari bawah sampai atas sudah di aspal, jadi saya sering berpapasan dengan motor pengunjung. Tanjakannya relatif stabil menanjak namun tidak bisa dilariin, sebenarnya bisa aja sih, cuman sayanya capek aja. Hehehehek.. Jadi, untuk menghemat energi, saya jalan dari bawah sampai atas.

Hampir sampai puncak, CP 2 sampai juga, untuk jalur 42K tidak mencapai puncak gunung. Jadi sebelum sampai puncak sudah diwajibkan untuk turun. Dan kami pun turun langsung menuju bukit terakhir dan mulai menjauh dari jalur pendakian Gunung Telomoyo. Akhirnya, saya ditemukan dengan turunan dan itu jadi kesempatan saya untuk mempercepat kecepatan lari saya. Tidak lama saya menuruni bukit, saya ditemukan kembali dengan tanjakan.

Sampai di WS 3, CP 3 terakhir, KM 33 (menurut course map) saya dan Veri menyempatkan untuk istirahat sejenak dan mengisi persediaan air. WS/CP terakhir berada di KM 36 (menurut Endomondo Veri), artinya perjalanan tinggal 6 kilometer lagi. Oke, optimis 1,5 jam sampai finish.

Dengan sisa-sisa tenaga yang kami punya, kami berjalan bersama sambil berbincang mengenai apa saja sekenanya. Mulai keluar dari perbukitan dan memasuki pemukiman warga, hati kami mulai ceria karena pertanda sudah mau finish.

Ternyata, pemukiman warga hanya ilusi. Tidak ada pertanda mendekati finish yang identik dengan hotel MesaStila. Jago sekali ini sang Race Director dalam hal pembuatan jalur. Huftttt!

Setelah melewati pemukiman warga, kami melewati persawahan, dan memasuki pemukiman warga kembali. Entah sudah berapa kali kami melewati pemukiman warga. Tak hingga kali yaaa. Hahahaha! Tetap tenang..

42 km sudah terlampaui menurut Endomondo Veri. Tapi tidak ada tanda-tanda garis finish, yang ada malah water station tambahan. Hmm, penyegaran kembali. Kata si penjaga water station, tinggal 1 km. Oke, hal seperti ini boleh percaya atau tidak percaya. Karena jika percaya, disisi positif akan menjadi penyemangat, tapi disisi negatif bisa menjadi boomerang bagi diri sendiri. "1 km berasa 3 km, nggak sampai-sampai". Itulah perasaan yang sering dirasakan oleh pelari. Karena kami sudah terlalu menikmati perjalanan ini, maka kami nikmati saja sisa perjalanan menuju garis finish.

Daaaaaan, akhirnya kami keluar dari kebun terakhir dan langsung disambut oleh hotel megah ala MesaStila. Kami pun langsung merayakan keberhasilan kami dengan bergandengan tangan hingga garis finish. Alhamdulillah~

Before Finish Situation

with Veri

The Medal

Finish Situation
Woooow! Marathon pertama saya. Di trail pula. Sungguh luar biasa sekali! Disini saya bertemu pelari-pelari trail hebat seperti pelari dari Bandung Explorer, Trail Runner Yogyakarta dan lain-lain.

Suguhan race yang apik. Water station yang melimpah. Penanda jalur yang tidak memusingkan. Marshal yang ramah. Jalur yang menantang. Dan juga panorama-panorama yang disuguhkan membuat saya berdecak kagum selama perjalanan yang panjang tersebut. Recommended race lah pokoknya! Terima kasih, MesaStila, sudah menghadiahkan saya slot gratis untuk dapat mengikuti kesempatan yang tak datang dua kali dalam hidup saya ini. Semoga tahun 2016 saya bisa bergabung kembali dengan kelas yang berbeda pastinya.

Sekian dan terima kasih. Salam trail!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Istilah Dalam Dunia Lari Trail

Bromo Tengger Semeru Ultra 100: Too Much Tragedy!

#AmazingLombok: Zero Above Sea Level